Selasa, 11 Januari 2011

Membangun Psikologi Pembelajaran Matematika

MAKALAH
“ Membangun Psikologi Pembelajaran Matematika “

Mata Kuliah :
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Marsigit



OLEH:
Rosilin Srimayana,S.Si

PROGRAM SERTIFIKASI GURU JALUR PENDIDIKAN
JURUSAN  PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha EsA, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul  “Membangun Psikologi Pembelajaran Matematika”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah psikologi pembelajaran matematika.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
  1. Bapak Dr. Marsigit selaku Dosen Mata kuliah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan  pikiran dalam pelaksanaan kuliah, yang memberikan pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
2.      Rekan-rekan semua mahasiswa PPG Basic Sciene
  1. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
  2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan  dalam penulisan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.


           BAB I
PENDAHULUAN
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2).  Definisi ini menyiratkan dua makna. 
Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.  Kedua,  perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.  Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan.  Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya.  Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental/psikis yang berkaitan dengan cara manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah/problem untuk mencari suatu penyelesaian, serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari. Cabang ilmu psikologi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif dan terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, yang memiliki hubungan erat dengan psikologi belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil dalam proses balajar, tetapi juga membantu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam proses itu dan sekali terjadi kesalahan selama periode belajar, untuk mengoreksinya.
Kehidupan mental/psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Gejala-gejala mental /psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kornitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif). Siswa disekolah berperasaan sambil belajar dan berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki dengan cara bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut megnambil bagian dalam berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan pada analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah yang paling mendasar dalam belajar disekolah.
Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka berkembang pula cara-cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif. Salah satu perkembangan yang menarik ádalah revisi “Taksonomi Bloom“ tentang dimensi kognitif. Anderson & Krathwohl (dalam wowo 1999) merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi pengetahuan berisi empat kategori, yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif, Dimensi proses kognitif terdiri dari  Mengingat, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Evaluasi dan Membuat. Kesinambungan yang mendasari dimensi proses kognitif diasumsikan sebagai kompleksitas dalam kognitif, yaitu pemahaman dipercaya lebih kompleks lagi daripada mengingat, penerapan dipercaya lebih kompleks lagi daripada pemahaman, dan seterusnya.
v  Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan menekankan pada poses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi-informasi yang dimaksud di sini berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.


v  Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini, siswa diharapakn mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya denga ide-ide lain degan gejala implikasinya.
v  Penerapan (Aplication)
Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasiaknpemahaman mereka berkenaan denga sebuah abstraksi matemaika melalui pengunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk menunjukkan kemampuan tersebut, seorang siswa harus dapat memilih dan menggunakan apa yang mereka telah miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.
v  Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemapuan untuk memilah sebuah struktur informasi ke dalam komponen-komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar ide  dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Bloom mengidentifikasikan 3 jenis analisis, yaitu: (i) analisis elemen/bagian; (ii) analisis hubungan; dan (iii) analisis prinsip-prinsip pengorganisasian. Bila pemahaman menekankan pada penguasaan atau pengertian akan arti materi matematika, sementara penerapan  lebih menekankan pada penguasaan dan pemamfaatan infomasi-informasi yang sesuai, berkaitan dan bermamfaat. Analisis berkaitan dengan pemilahan materi ke dalam bagian-bagian, menemukan hubungan antarbagian, dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian.
v  Sistesis (Syntesis)
Sistesis adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik atau sistem. Dalam matematika, sistesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya. Salah satu contohnya adalah memformulasikan teorema-teorema matematika dan mengembangkan struktur matematika.
v  Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian (judgement) berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara atau metode. Evaluasi adalah tipe yang tertinggi diantara ranah-ranah kognitif yang lain karena melibatkan ranah yang lainnya, mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis hingga sintesis. Evaluasi dapat memandu seseorang uintuk mendapat pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru, dan cara baru yang unik dalam analisis atau sintesis, misalnya bloom menjadi kegiatan evalusi ke dalam 2 tipe yaitu: (i) penilaian pada bukti atau struktur internal, seperti akurasi, logika dan konsistensi, dan (ii) Penilaian pada bukti atau struktur eksternal, seperti teorema-teorema matematika dan sistemnya.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi Matematika untuk Membangun Percaya Diri

Percayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).
Dua pendekatan berbeda dapat di tempuh untuk mendidik dan mengajarkan matematika. Khususnya bila di lihat dari sisi psikologi. Pertama dengan menghancurkan rasa percaya diri saya. Sehingga saya sadar bahwa diri saya tidak mengerti apa-apa dan bersedia untuk belajar. Kedua dengan membangun rasa percaya diri saya. Sehingga saya sadar dapat melakukan banyak hal dan ingin belajar apa saja yang dapat saya pelajari. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri. ercaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Sebagai contoh, Napoleon Bonaparte yang tinggi badannya hanya mencapai lima kaki dan dua inci. Tak satu haripun merasa pendek dan kerdil dihadapan lawan lawannya dan pasukannya. Namun, melihat dirinya menjadi raksasa diantara laki-laki lainnya, meskipun sebenarnya tidak demikian. Kepercayaan diri dan kebesaran hati membuatnya bersikap, bergaul, bersama orang lain dengan penuh percaya diri dan kemampuan menghadapi segala kesulitan dengan kepercayaan diri yang besar.
Banyak ahli yang mengatakan bahwa percaya diri adalah modal yang sangat penting untuk meraih kesuksesan. Ini juga yang akan menjadi pembeda antara pemenang dan pecundang. Percaya diri merupakan sikap positif seseorang yang mampu mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun  terhadap lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Bukan berarti ia adalah mampu dalam segala hal. Ia tetaplah manusia dengan segala keterbatasannya, namun pada saat yang sama ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa melakukannya. Hal ini semata-mata didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistis terhadap diri sendiri.  Ingat, setiap orang itu berbeda, dengan keistimewaannya masing-masing. Kesadaran akan hal ini akan membantu saya dan kita semua untuk mengungkap keistimewaan yang kita miliki. Hal ini akan mendorong saya dan kita semua untuk bangkit dan bergerak dengan percaya diri, merumuskan cita-cita hidup dan mendukung tercapainya cita-cita tersebut.
Psikologi Motivasi dalam pendidikan
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Baron 1992). Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.
Ø  Perspektif  Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).
Ø  Perspektif  Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
Ø  Perspektif Kognitif
Pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Jadi perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan konsep menurut White (1959) tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.
Ø  Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat akademik yang positif dan lebih  senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002).
Pada tahun 1943, pakar psikologi motivasi Abraham Maslow memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang menjadi terkenal.
Moslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu:
  • Psikologi. Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk bertahan hidup.
  • Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
  • Cinta. Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki.
  • Penghargaan. Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan dari orang lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri dan kekuatan.
  • Aktualisasi diri. Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi. Untuk menjadi terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.
Pakar psikologi motivasi yang lain, Clayton Alderfer mengembangkan sebuah teori alternatif dari kebutuhan manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan yang telah dikembangkan oleh Maslow menjadi  tiga level dari yang terendah sampai tertinggi yaitu kebutuhan-kebutuhan eksistensi (Existence Needs) yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan, kebutuhan-kebutuhan hubungan  (Relatedness  Needs) yang berfokus pada bagaimana  individu  berhubungan dengan lingkungan sosialnya, kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan (Growth  Needs) yang meliputi kebutuhan akan tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan kemampuannya untuk mencapai potensi yang penuh.
Meskipun teori psikologi motivasi ERG mengasumsikan bahwa perilaku yang termotivasi mengikuti suatu hierarki yang agak serupa dengan hierarki yang dikemukakan oleh Maslow, terdapat perbedaan penting. Pertama, teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu  level  kebutuhan bisa menggerakkan motivasi pada saat yang bersamaan. Kedua,  teori  ERG memiliki apa yang dinamakan komponen frustasi-regresi ( frustation-regresion aspect). Jadi, jika kebutuhan-kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke level yang lebih rendah. David McClelland, seorang pakar psikologi motivasi yang terkenal telah mempelajari hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan menjadi tiga jenis, yaitu prestasi  (achievement),  kekuasaan (power), dan afilasi (affilation). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
  • The Need for Achievement: Menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan sangat mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi mencapai prestasi (sukses) atau keinginan menyelesaikan suatu kesulitan.
  • The Need for Affiliation. Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam aktivitas serta hubungan sosial.
  • The Need of Power. Merefleksikan keinginan individu untuk mempengaruhi, melatih, megajar, atau mendorong seseorang untuk sukses.
Terence Mitchell, seorang peneliti terkenal mengenai perilaku organisasi, memperkenalkan model konseptual yang menjelaskan bagaimana psikologi motivasi mempengaruhi perilaku dan kemampuan bekerja. Ia menerangkan bahwa individual inputs  dan  job  context  merupakan  dua kategori  kunci dari faktor yang mempengaruhi motivasi.
Kedua kategori ini  saling mempengaruhi satu sama lain yang  juga  mempengaruhi  motivational  process  yang  nantinya  akan  membentuk  motivated behaviors.
Ia juga  menjelaskan bahwa motivated behaviors secara langsung dipengaruhi oleh individual's ability dan job knowledge (skills), motivasi, dan suatu kombinasi yang membatasi job  context  factors.  Performance seseorang, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh motivated behavior.



Gejala Campuran ( Perhatian. Kelelahan dan Sugesti).
*      PERHATIAN
1. Perhatian dan Kesadaran
Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas daya konsentrasi dan fokus terhadap satu objek, baik didalam maupun di luar dirinya.
Perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita, terhadap pengamatan, pengertiaan, dan sebagainya dengan mengenyampingkan yang lain dari pada itu.
Perhatian Berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi suatu waktu. Terang tidaknya kesadaran kita terhadap sesuatu objek tertentu tidak tetap, ada kalanya kesadaran kita meningkat ( menjadi terang), ada kalanya menurun( menjadi samar- samar ).
Taraf kesadaran kita meningkat kalau jiwa kita dalam mereaksi sesuatu meningkat. Apabila taraf kekuatan kesadaran kita naik atau menjadi giat karena suatu sebab, maka kita berada pada permulaan perhatiaan. Perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap sesuatu.
Objek yang menjadi sasaran mungkin hal- hal yang ada dalam dirinya sendiri, misalnya : tanggapan, pengertian, perasaan. Dan hal –hal yang berada diluar dirinya, misalnya: keadaan alam, keadaan masyarakat, sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Syarat- Syarat Agar Perhatian Mendapat Manfaat Sebanyak- Banyaknya.
1) Inhibisi ( Pembatasan Lapangan Kesadaran )
Yaitu pelarangan atau penyingkiran isi kesadaran yang tidak diperlukan, atau menghalang- halangi masuk ke dalam lingkungan kesadaran. Misalnya: kita sedang bergiat bersiap diri untuk menempuh ujian. Supaya perhatian kita tetap terarah pada tugas ujian, maka hendaknnya ada inhibisi, artinya segala apa yang mungkin mengganggu harus dicegah jangan sampai masuk kedalam pikiran kita. Ajakan yang tidak berguna perlu dikesampingkan.
2) Apersepsi
Yaitu pengerahan dengan sengaja semua isi kesadaran, termasuk tanggapan, pengertian dan yang telah dimiliki dan bersesuaian/ berhubungan objek pengertian. Tujuaanya supaya jiwa kita lebih memahami objek yang menjadi sasaran. Misalnya: kita mempelajari sejarah perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Maka kita perlu appersepsi, misalnya pengertian tentang barang peninggalan ( candi- candi, arca-arca, ).
3) Adaptasi ( Penyusaian diri )
Peristiwa penyesuaian diri desebut adaptasi. Misalnya: dalam gejala perhatiaan, organ-organ kita baik jasmani maupun rohani yang diperlukan untuk menerima objek harus bekerja dengan sungguh-sungguh. Dalam memperhatikan sesuatu, organ-organ kita menjadi giat menyesuaikan diri antara subjek dan objek. Kalau ketiga syarat tersebut ( inhibisi, appersepsi , dan adaptasi ) dapat dipenuhi, maka cukuplah perhatian seseorang terhadap sesuatu, akibatnya pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan tanpa gangguaan.
3. Macam -Macam Perhatian :
1) Perhatian spontan dan disengaja
Perhatian spontan, disebut juga pula perhatian asli atau perhatian langsung, ialah perhatian yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan. Perhatian disengaja yakni perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena adanya tujuan tertentu.
2) Perhatian statis dan dinamis
Perhatian statis ialah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Ada orang yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada sesuatu seolah-olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang kuat. Perhatian dinamis ialah perhatian yang mudah berubah-rubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. Supaya perhatian kita terhadap sesuatu tetap kuat, maka tiap-tiap kali perlu diberi perangsang baru.
3) Perhatian konsentratif dan distributif
Perhatian konsentratif (perhatian memusat), yakni perhatian yang hanya ditujukan kepada suatu objek ( masalah) tertentu. Perhatian distributif (perhatian terbagi-bagi). Dengan sifat distributif ini orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa arah dengan sekali jalan/ dalam waktu yang bersamaan.
4) Perhatian sempit dan luas
Perhatian sempit: Orang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah dapat memusatkan perhatiannya kepada suatu objek yang terbatas, sekalipun ia berada dalam lingkungan ramai. Dan lagi orang semacam itu juga tidak mudah memindahkan perhatiannya keobjek lain, jiwanya tidak mudah tergoda oleh keadaan sekelilingnya. Perhatian luas, Orang yang mempunyai perhatian luas mudah sekali tertarik oleh kejadian-kejadian sekelilingnya, perhatiannya tidak dapat mengarah hal-hal tertentu, mudah terangsang dan mudah mencurahkan jiwanya kepada hal yang baru.
5) Perhatian fiktif dan fluktuatif
Perhatian fiktif (perhatian melekat), yakni perhatian yang mudah dipusatkan suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat melekat lama pada objeknya. Biasanya teliti sekali dalam mengamati sesuatu. Perhatian fluktuatif (bergelombang). Pada umumnya dapat memperhatikan bermacam- macam hal sekaligus, tetapi tidak seksama. Yang melekat hanya hal yang dirasa penting.



4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perhatian
1) Pembawaan
Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan objek yang direaksi, maka sedikit atau banyak akan timbul perhatian terhadap objek tertentu.
2) Latihan dan kebiasaan
Meskipun dirasa tidak ada bakat pembawaan tentang sesuatu bidang, tetapi karena hasil dari pada latihan/ kebiasaan, dapat menyebabkan mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tersebut.
      3) Kebutuhan
Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap objek tersebut. Kebutuhan merupakan dorongan, sedangjkan dorongan itu mempunyai tujuaan yang harus dicurahkan kepadanya. Demi tercapainya sesuatu tujuaan, disamping perhatiaan juga perasaan dan kemauan memberi dorongan yang tidak sedikit pengaruhnya.
4) Kewajiban
Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus dipenuhi, entah kewajiban itu cocok atau tidak, menyenangkan atau tidak. Maka demi terlaksananya suatu tugas, apa yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh perhatiaan.
5) Keadaan jasmani
Sehat tidaknya jasmani, segar tidaknya badan sangat mempengaruhi perhatian kita terhadap sesuatu objek.
6) Suasana jiwa
Keadaan batin, perasaan, fantasi, pikiran dan sebagainya sangat mempengaruhi perhatiaan kita, mungkin dapat membantu juga dapat menghambat
7) Suasana di sekitar
Adanya bermacam perangsang disekitar kita, seperti kegaduhan, keributan, kekacuan, temperatur, sosial ekonomi, keindahan dan sebagainya dapat mempengaruhi perhatian kita.
8) Kuat tidaknya perangsang dari objek itu sendiri
Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan objek perhatian sangat mempengaruhi perhatiaan kita.
5. Minat dan Perhatian
Minat dan perhatiaan pada umumnya dianggap sama/ tidak ada perbedaan. Minat (interesse) adalah sikap jiwa seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat. Perhatiaan adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek tertentu. Di dalam gejala perhatian, ketiga fungsi jiwa tersebut diatas pun juga ada, tetapi unsur pikiranlah yang terkuaat pengaruhnya. Minat ialah sesuatu pemusatan perhatiaan yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya.
*    KELELAHAN / KELETIHAN
1. Gejala Kelelahan pada Manusia
Sejak lahir sampai menjelang meninggal dunia manusia mempunyai dorongan untuk bergerak dan melakukan bermacam-macam kesibukan. Semua gerak dan kesibukan itu mempunyai arti bagi manusia. Tetapi pada suatu saat kekuatan untuk berbuat itu makin lama makin berkurang. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani maupun rohani), akan memberi pengaruh mengurangkan prestasi-prestasi yang akan dicapai. Gejala berkurangnya manusia untuk melakukan sesuatu disebut kelelahan/ keletihan/ kelesuan/ kepenataan. Bahwa tenaga manusia ada batasnya, batas itulah yang menunjukkan datangnya kelelahan.
Sebenarnya kelelahan itu adalah sesuatu keadaan atau kondisi, baik jasmani atau psikis, bukan suatu dorongan tertentu. Namun demikiaan kelelahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Karena alasan itulah kelelahan dimasukkan di dalam gejala campuran.
2. Sebab-Sebab Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena berlangsungnya suatu aktifitas atau pekerjaan, baik aktifitas jasmani maupun rohani.
3. Macam-Macam Kelelahan
v Kelelahan jasmani : kekuatan jasmani berkurang, sehingga tidak dapat melakukan sesuatu dengan semestinya, maka itu mengalami kelelahan jasmani.
v Kelelahan rohani : kekuatan jiwa berkurang, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan psikis dengan semestinya, maka itu dikatakan mengalami kelelahan rohani atau kelelahan jiwa.
4. Hubungan Kelelehan Jasmani dan Rohani
Manusia adalah suatu psiko-somatis, selamanya tidak dapat diadakan pemisahan antara jiwa dan raganya. Oleh karena itu kelelahan jasmani tadak dapat dipisahkan pula dengan kelelahan rohani, dan sebaliknya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa antara jasmani dan rohani, antara kelesuan jasmani dan kelesuan rohani mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.
5. Pendapat-Pendapat Tentang Kelesuhan
1) Teori inteksiasi ( into = intra = dalam; toxicum = racun )
Intksinasi berarti di dalam badan kita terdapat atau terjadi racun yang dapat menimbulkan kelesuhan. Ini terjadi pertukaran zat, peredaran darah dan pembakaran. Karena pertukaran zat, peredaran darah dan pembakaran itu, timbullah berbagai benda sisa atau “ ampas “. Kemudian masuk kedalam peredaran darah dan akhirnya masuk ke dalam susunan urat syaraf. Di sinilah benda-benda itu menyebabkan terbentuknya semacam benda berbisa atau racun. Inilah yang menimbulkan rasa lesu, baik jasmani maupun rohani, baik setempat maupun seluruh tubuh.
2) Teori Biologis
Tokoh: Thorndike. Teori ini termasuk teori baru yang mencari sebab-sebab kelesuhan dari hukum-hukum hidup manusia. Thorndike menunjukkan 2 peristiwa yang terjadi pada manusia. Apabila ia bekerja agak lama, akan terjadi :
v Pengurangan tenaga pada kita, menyababkan timbulnya gejala kelesuhan.
v Perasaan kebosanan. Pekerjaan dalam waktu lama, makin lama menimbulkan perasaan  bosan. Kebosanan, berkuranglah perasaan puas pada pekerjaan. Hal ini dirasakan juga sebagai kelesuhan/ kelelahan.
6. Usaha-Usaha Menghilangkan Kelesuhan
Cara menghilangkan rasa lesu pada umumnya istirahat, atau menghentikan apa yang dijalankan.
*      SUGESTI / SARAN
1. Pengertiaan Tentang Sugesti
Sugesti adalah pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui atau menyakini apa yang di kehendaki dari padanya. Inti dari pada sugesti ialah didesakkan suatu keyakinan kepada seseorang, yang olehnya diterima mentah-mentah, tanpa pertimbangan yang dalam.
v Pihak yang mempengaruhi , yang mendesakkan suatu keyakinan, pendapat atau anggapan kepada orang lain.
v Pihak yang dipengaruhi, yang didesak untuk menurut dan menerima pendapat atau tanggapan yang dikenakan kepadanya.
Keterangan diatas bahwa sugesti adalah pengaruh yang dikenakan kepada pihak lain, yakni yang sugesti. Menyugesti orang berarti mempengaruhi proses kejiwaan (pikiran, perasaan, dan kemauan) orang lain, sehingga orang yang disugesti mengikuti dan berbuat apa seperti yang disugestikan kepadanya.
2. Sugestif dan Sugestibel
1) Sugestif
Sesuatu yang mempunyai pengaruh sugesti yang besar. Hal yang mempengaruhi sugesti ini tidak dapat ditentukan, kadang-kadang karena kecakapan, kedudukan, kekayaan, kejujuran dan sebagainya.
2) Sugestibel
Ialah sifat-sifat yang mudah kena saran atau sugesti. Orang yang mudah terkena pengaruh sugesti disebut sugestibel.
3. Cara-Cara yang Menyugesti
v Dengan membujuk
v Dengan memuji
v Dengan menakut-nakuti
v Dengan menunjukan kekurangan atau kelebihan.
4. Alat-Alat Sugesti
Sehubungan dengan cara-cara menyugesti, kita mengenal alat-alat untuk menanamkan pengaruh sugesti kepada pihak lain :
v Mata ( pandangan tajam, lemah lembut, dan sebagainya)
v Roman muka (manis, kasih sayang, dan sebagainya)
v Teladan (tingkah laku yang baik, sopan santun, kejujuran dan sebagainya)
v Gambar (gambar majalah-majalah, mingguan, buku-buku, dan sebagainya)
v Suara ( merdu, sinis, perintah, dan sebagainya).
v Warna ( dalam reklame, sandiwara)
v Slogan atau semboyan (dalam pertempuran, pembangunan, rapat-rapat, dan demonstrasi).
5. Peran Sugesti
Sugesti mempunyai peran penting, baik dalam kehidupan pada umumnya, maupun di sekolah. Dengan adanya sifat-sifat sugesti dalam kepemimpinan, maka akan terjadi:
v Pimpinan banyak disenangi anak buahnya.
v Adanya kepercayaannya besar kepada pimpinannya.
v Pimpinan akan dihormati, diturut dan diperhatikan segala perintahnya.
Berpengaruhnya sugesti di dalam lingkungan sekolah akan memberi kemungkinan:
v Anak-anak hormat kepada pimpinan/ gurunya.
v Anak-anak memperhatikan pelajaran yang diberikan.
v Anak-anak sungguh-sungguh melaksanakan perintah-perintah, suruhan-suruhan yang diberikan oleh guru.
v Nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk guru akan diturut anak-anak.
Karena besarnya peranan sugesti di dalam pergaulan, maka pelaksanaan sugesti ini dijalankan di berbagai lapangan, misalnya: di rumah sakit, dalam organisasi, dunia perdagangan dan sebagainya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
v Sugesti karena hambatan berfikir
v Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
v Sugesti karena otoritas
v Sugesti karena mayoritas
v Sugesti karena “ will to believe” ( keinginan untuk meyakini dirinya)



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dalam makalah “Bagaimana Membangun Psikologi Pembelajaran Matematika” yaitu:
1.      Membangun psikologi percaya dirisebagai modal dasar manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup.
2.      Membangun psikologi motivasi dalam pendidikan sebagai sebuah fungsi untuk mengapai kebutuhan dasar yaitu psikologi, keamanan, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri.
3.      Adanya perhatian dan kesadaran dalam melakukan segala hal.
4.      Adanya kelelahan/keletihan sebagai gejala berkurang nya manusia untuk melakukan sesuatu.
5.      Adanya sugesti yaitu pengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui atau menyakini apa yang di kehendaki dari padanya.
6.      Jika di gabungkan dari pembahasan diatas bahwa bagaimana membangun psikologi pembelajaran matematika yaitu berawal dari adanya kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu hal, terdorong dari adanya motivasi, perhatian, kesadaran,tapi tidak menutup kemungkinan adanya suatu kelelahan sebagai gejala berkurang manusia untuk melakukan sesuatu, namun demikian dikuatkan adanya sugesti yang berpengaruh atas jiwa atau perbuatan seseorang, sehingga pikiran, perasaan dan kemauannya terpengaruh, dan dengan begitu orang mengakui atau menyakini apa yang di kehendaki dari padanya.

B.     Saran
Berharap para pembaca dapat merealisasika psikologi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, karna matematika itu erat sekali hubungan nya dengan kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA























Tidak ada komentar:

Posting Komentar